Aku adalah seorang pelajar SMP yang
mempunyai sejuta impian. Ibuku adalah seorang guru dan bapak ku adalah seorang
kepala sekolah. Aku terlahir dari keluarga pendidik karena semua keluargaku
dari mulai ibuku, bapakku, kakakku, bibiku, pamanku dan sepupuku adalah tenaga
pendidik. Ibu dan Bapak berdinas di kota Bandung, kakaku berdinas di Indramayu
dan bibi,paman sepupuku ada yang berdinas di Bandung, Surabaya, Semarang dan
juga ada yang di Lampung. Semua keluargaku yang menjadi pendidik mengajar
pelajaran yang bervariasi contohnya saja, Ibuku mengajar pelajaran IPA, Bapakku
mengajar materi Seni Budaya khususnya seni lukis di salah satu sekolah seni
yang akhirnya menjadi seorang kepala sekolah di sekolah seni tersebut. Bibi dan
Pamanku ada yang mengajar Matematika, Bahasa Indonesia, Basa Sunda, Teknologi
Informasi dan Komunikasi dan juga ada yang menjadi guru BK. Sebenarnya masih
banyak keluargaku yang berprofesi sebagai pengajar.
Aku juga ingin seperti mereka, tapi
aku juga ingin semua impianku tercapai karena aku telah berjanji pada diriku
sendiri akan berusaha agar mimpi-mimpiku itu tercapai meski semua mimpi-mimpiku
itu ada di tangan Allah SWT. Mimpiku itu banyak sekali sampai saja Ibuku
berkata bahwa “Boleh saja kamu bermimpi, karena mimpi adalah sebuah kunci.
Tetapi janganlah kamu bermimpi terlalu tinggi karena apabila berangan-angan
terlalu tinggi kalau jatuh sangatlah sakit dan menyakitkan. Bermimpilah sesuai
kemampuanmu karena setiap manusia itu mempunyai batas kemampuannya
masing-masing.”
Aku maklumi Ibu berkata seperti itu
tetapi aku tetap ingin mewujudkan semua mimpi-mimpiku. Toh, aku yakin Allah
tetap bersamaku. Allah lah yang telah membantuku disetiap aku sedang dilanda
kesukaran maupun kesedihan. Allah lah yang menghibur dan menyemangati aku
disaat aku sedih dan hampir putus asa. Innallaha
Ma’ana! Innallaha Ma’ana! Innallaha Ma’ana!
Menurutku mimpiku itu tak terlalu
tinggi tetapi ibuku kata mimpiku terlalu tinggi. Ya Allah! Ya Rabbku.. berilah
aku petunjuk akan pilihan-Mu karena pilihan-Mu adalah yang terbaik untuk setiap
hamba-hamba-Mu. Ya Allah, Ya Rabb! Apakah aku salah bermimpi tholabul ‘ilmi di tanah suci-Mu. Seperti
di Mekkah-Madinah ataupun di Mesir? Mengapa Ibuku hanya tersenyum ketika
membaca Dream List yang aku rancang?
Aku ingin sekali Ya Rabb,
mempelajari semua ajaran-Mu dan mengamalkannya di kehidupan sehari-hariku. Aku
tahu bahwa itu semua memang tidak mudah, tetapi salahkah aku apabila bermimpi?
Ibu pernah mengatakan bahwa “mimpi adalah sebuah kunci.” Aku tahu maksud yang
ibu katakan itu. Maksud ibu adalah apabila kita mempunyai mimpi berarti kita
telah mempunyai kunci untuk membuka pintu kesuksesan di kehidupan dunia yang
fana ini. Jika kita telah mempunyai kuncinya tinggallah kita mencari cara untuk
membuka pintu kesuksesan di kehidupan dunia yang fana ini. Tetapi mimpiku itu
bukan kunci untuk membuka pintu kesuksesan di kehidupan dunia yang fana saja
tetapi kunci kesuksesan di kehidupan akhirat yang kekal abadi juga.
Wahai Ibuku! aku mohon izinkanlah
aku untuk tholabul ‘ilmi di
jalan-Nya. Aku ingin masuk kedalam jalan-Nya yang lurus, bukan berarti jalanmu,
wahai Ibuku! Tidak lurus tetapi aku ingin memperdalam ilmu dan ajaran-ajaran
Allah SWT. Aku jadi teringat bacaan sayyidul istighfar yang termuat di dalam
hadits Shahih Bukhari yang aku baca di buku favorite ku La Tahzan! Yang berarti :
"Ya Allah, Engkau
adalah Rabb-ku, tidak ada Ilah selain Engkau. Engkau
ciptakan aku, dan aku
adalah hamba-Mu. Aku akan menjalankan semua
janjiku untuk-Mu dengan segala kemampuanku. Aku
berlindung kepada-
Mu dari keburukan yang
aku lakukan. Aku kembali kepada-Mu dengan
segala nikmat-Mu atasku
dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah
aku karena tidak ada
yang memberi ampunan terhadap dosa-dosa kecuali
Engkau."
Aku
akan berusaha semampuku untuk menepati janjiku untuk Rabbku semata! Ibu… aku
mohon bu, izinkan aku tuk menepati janji ku pada Rabbku…
Aku
juga jadi teringat fase-fase perubahanku dari zaman jahilliyahku di hidupku ini
sampai sekarang diriku yang baru. Mulai mengenal dan mempelajari sedikit demi
sedikit ala din’ul islam dan berusaha
untuk menerapkan semua ilmu-ilmu yang aku tahu ke dalam kehidupanku
sehari-hari.
Aku
memulai fase yang baru dalam hidupku dengan menggunakan Hijab sebagai pakaianku
karena itulah perintah Rabbku yang tercantum dalam surah Al-Ahzab ayat 59 yang
berarti :
“Wahai Nabi! Suruhlah
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan perempuan-perempuan yang beriman,
supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka
keluar). Cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai
perempuan baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah)
Allah maha pengampun lagi mengasihi.”
Dari
surah Al-Ahzab ayat 59 diatas, aku jadi mengetahui bahwa Hijab bukan ukuran
baik atau tidak baik akhlak seseorang. Tidak disyaratkan hati, akhlak, ilmu
agama, shalat, puasa dan amalan lainnya sempurna dulu. Menutup aurat adalah
perintah Allah untuk perempuan baligh, hukumnya wajib seperti shalat, puasa,
zakat dan lain-lainnya. Jika kita tidak berhijab konsekwensinya kita melakukan
dosa setiap hari, seperti dosa tidak melakukan kewajiban agama lainnya seperti
shalat, puasa, zakat dan lain-lainnya.
Pada
waktu aku akan memulai berhijab aku mengatakan kepada Ibu bahwa aku akan mulai
berhijab dan memang awal-awalnya Ibu tidak merespons permintaan ku tetapi setelah aku sampaikan hal itu secara
baik-baik dan Alhamdulillah Ibu pun mengerti. Mungkin tadinya ibu takut jika
aku berhijab hanya karena emosi yang aku miliki di masa remaja yang memang masa
labil setiap manusia.
Setelah aku berhijab, ternyata.. Subhanallah! Hijab bukanlah pakaian yang menakutkan karena rasa panas yang dirasakan. Menurutku bila dibandingkan dengan panasnya api neraka tidak seberapa panas yang dirasakan bila berhijab di dunia ini. Ya Allah Allaahummaa ajirnii minannaar.. Aamiin.
Selain
berhijab, aku juga belajar untuk menjaga ibadah-ibadah lainnya seperti shalat,
puasa, mengaji, berdzikir kepada Rabbku dengan khusyu’ dan berusaha menyisihkan
uang jajanku untuk shodaqoh jarriyah kepada saudara-saudaraku yang membutuhkan
karena Allah Ta’ala. Karena itulah
perintah Rabbku, apapun yang Rabbku perintahkan aku berusaha mengerjakannya, karena
segala sesuatu yang Rabbku perintahkan kepada setiap hamba-hamba-Nya pasti
mendatangkan manfaat untuk setiap hamba-hamba-Nya tetapi jika segala sesuatu
yang Rabbku larang akan mendatangkan mudharat bagi hamba-hamba-Nya yang
melaksanakan larangan-Nya dan tidak melaksanakan perintahnya. Karena Rabbku aku
bisa hidup, oleh Rabbku aku diberi hidayah dan ilham-Nya dan karena hidayah,
ilham dan kesempatan yang telah diberi oleh-Nya aku serahkan hidupku untuk
Rabbku semata.
Selain
itu aku juga berusaha untuk tetap istiqomah di jalan-Nya. Bertambahlah ilmuku
karena aku menemukan sebuah ayat di dalam Qur’an Nul Karim dalam surah An-Nur
ayat 31 yang berarti :
“Dan katakanlah kepada
para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah menampakan perhiasannya (auratnya), kecuali yang
(biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan
janganlah menampakan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para
perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau
para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan
janganlah mereka menghentakan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang
beriman, agar kamu beruntung.”
Dari surah ini aku mendapat satu lagi petunjuk dari Rabbku. Bahwasannya kita harus menjaga pandangan kepada laki-laki yang bukan mahrom kita. Semenjak aku tahu isi dari ayat ini, aku langsung melaksanakannya meski belum sempurna tetapi aku berusaha untuk melaksanakannya dengan baik dan semata-mata untuk Rabbku. Karena
Selain
itu aku juga berusaha untuk tetap membawa wudhu setiap saat, jadi aku mulai
menjaga pandangan dan tidak bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahromku
dan yang paling penting lagi adalah menjaga hati ini agar tidak digerogoti oleh
berbagai macam penyakit hati. Ketika aku sedang mengamalkan surah An-Nur ayat
31, aku mulai dari menjaga pandangan dan tidak bersalaman secara langsung
dengan laki-laki bukan mahromku.
Ketika
itu ada pamanku bersilaturrahim ke rumahku dan aku tidak mau bersalaman dengan
beliau karena menjaga wudhu yang aku miliki. Ternyata Ibu kecewa karena pamanku
itu bicara kepada Ibuku perihal aku yang menolak bersalaman dengan beliau meski
caraku itu sopan, aku berusaha untuk memberi penjelasan kepada Ibu dan pamanku
itu. Aku hanya berharap Ibu dan pamanku itu mengerti.
Mengaji
dengan Mahraj yang benar adalah salah
satu upaya aku untuk taqarrub kepada
Rabbku serta menuju cinta dan keredhaan-Nya, seperti hadits riwayat Tirmidzi
yang pernah aku baca :
Sabda
Rasulullah SAW,”Orang yang membaca satu
huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan setara
dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf
akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.”
Selain
menjaga pandangan dan menjaga wudhu yang aku miliki dan juga mengaji dengan Mahraj yang benar, aku juga berusaha
untuk, berpuasa sunah karena Allah Ta’ala..
aku melaksanakan sunah yang dicontohkan oleh Rasulku Muhammad SAW. Aku jadi
teringat cerita yang pernah guruku ceritakan tentang Rasulallah yang pulang
dari perjuangan membela ala din’ul islam
ke rumah, dari pagi beliau belum memakan atau meminum sesuatu apapun dan di
saat siang hari pulang ke rumah beliau bertanya kepada istrinya Aisyah Ra. “Ya Khumaira! Apakah ada makanan yang bisa
aku makan siang ini?” kemudian Aisyah Ra menjawab pertanyaan Rasulallah “Maaf,
ya Muhammad! Hari ini belum ada makanan yang bisa dimakan.” Dan Rasulallah juga
menjawab kembali jawaban istrinya, Aisyah Ra “Oh, ya sudah kalau begitu aku
lanjutkan saja puasa ku hari ini.” Mungkin kurang lebih seperti ini cerita yang
guruku ceritakan. Selain itu aku juga jadi teringat kalimat yang pernah guruku
ajarkan kepadaku yang dikatakan oleh ahli sufi Rabi’ah Al-Adawiyya yang
mengatakan bahwa “Lebih baik
berlapar-lapar ria di dunia ini daripada berlapar-lapar di akhirat kelak.”
Sudah
lama ini aku minta disediakan buah kurma kepada Ibu. Jika ibu tidak menemukan
buah kurma di pasar aku minta disediakan buah anggur atau madu ataupun susu.
Awalnya Ibu heran mendengar permintaanku untuk dibelikan buah kurma ataupun
buah anggur atau madu ataupun susu karena aku tak biasa untuk minta dibelikan
makanan. Semua yang mengatur makanan itu Ibu. Apalagi aku lebih sering minta
disediakan buah kurma karena aku pernah membaca sebuah artikel di perpustakaan
bahwa kurma, anggur, madu dan susu adalah makanan dan minuman kesukaan
Rasulallah SAW, buah kurma lah yang paling beliau sukai bahkan ada dalam sebuah
hadits yang mengatakan bahwa Rasulallah SAW berkata “Jika dalam suatu rumah itu
tak terdapat buah kurma maka sama saja rumah itu tidak ada makanan meski
makanan di rumah itu melimpah.”
Semenjak
aku melaksanakan perintah Rabbku dan menjalankan sunah dari Rasulallah SAW, ibu
heran terhadap yang aku lakukan karena memang sebelumnya aku belum pernah
melaksanakannya karena hidayah-Nya lah aku bisa memperbaiki diriku ini.
Berusaha memperbaiki diriku. Ya Allah! Thank
you very much for everything you’re giving me..
Aku
menjelaskan kepada Ibu bahwa aku ini sedang bebenah diri untuk menuju
keredhaan-Nya. Aku pernah membaca sebuah pernyataan antara Allah SWT dengan
manusia seperti ini :
Berkata
Abu Hurairah R.a : bahwa Nabi saw telah bersabda:”Ada tujuh kelompok yang akan
mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali
perlindungan-Nya.Mereka adalah pemimpin yang adil, anak muda yang senantiasa
beribadah kepada Allah Azza wa Jalla,seseorang yang hatinya senantiasa
dipertautkan dengan mesjid,dua orang yang saling mencintai karena Allah,yakni
keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah,seorang laki-laki yang ketika
dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan lalu ia menjawab: “Sungguh
aku takut kepada Allah”,seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas
di-sembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
diperbuat tangan kanannya,dan seseorang yang berzikir kepada Allah di tempat
yang sunyi kemudian ia mencucurkan air mata.”
“...Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri...” (QS. Ar-Rad : 11)