Sabtu, 25 Agustus 2012

Dimana? Dirimu Sekarang? Wahai Imamku?



 
            Sahabat pembaca rahiimakumullah, pernahkah hati kecil anda bertanya tentang kesendirian anda yang tidak mengarah terhadap apapun yang ada di sekitar anda? Mungkin, diantara anda ada yang sudah dan ada yang belum. Bagi anda yang sudah, bagaimana rasanya? Anda pasti merasa bingung atau bahkan sudah sampai taraf kecewa?
           
Bagi saya, rasa bingung terhadap masalah kesendirian itu merupakan bagian dalam hidup saya yang paling tidak bersahabat dengan saya, mengapa demikian? Mungkin bagi anda yang sudah merasakan bagian itu juga sependapat dengan saya. Tapi, apakah ada seseorang yang mempunyai masalah yang sama tapi tidak sependapat?
           
Pasti ada saja orang-orang yang tidak sepaham atau tidak sependapat, karena perbedaan pendapat itu merupakan suatu hal yang lumrah. Saya berpendapat seperti itu karena memang jika saya sudah bingung, saya selalu ragu untuk melangkah, seperti seseorang pembuat kue yang baru belajar membuat kue cake chiffon yang menggunakan tepung terigu dan tepung maizena. Jika si pembuat kue yang baru belajar itu belum bisa membedakan kedua tepung itu dengan benar, apa yang akan terjadi?
           
Si pembuat kue yang baru belajar itu bingung dan ragu untuk melangkah pada step selanjutnya. Seperti hal nya diri saya pribadi, saya bingung jika harus memilih seseorang antara si A atau si B atau mungkin si C dan seterusnya... mana kah seseorang yang Allah ridhoi untuk saya? Saya belum bisa memilih dengan begitu saja seperti hal nya anak kecil yang memilih permen karena seorang anak kecil yang memilih permen itu hanya menilai dari luar nya saja, misalnya anak kecil itu lebih memilih permen berwarna merah muda ketimbang yang berwarna merah tua. Siapa tau, jika permen berwarna merah muda itu mempunyai rasa yang asam?
           
Tentu tak akan ada yang tau rasa permen merah muda itu berasa masam sebelum ada yang mencicipi nya terlebih dahulu, lalu pertanyaan sekarang.. apakah jika memilih seorang pendamping harus dicicipi terlebih dahulu? Agar tidak tertipu seperti halnya anak kecil yang memilih permen? Sudah pasti jawaban nya adalah TIDAK!
           
Bagaimana bisa kita melangkah dengan sesuatu yang kurang baik? Apakah anda bisa memilihnya tanpa ada sebuah kesulitan apapun atau bahkan kekhawatiran salah memilih? Sementara orang-orang sekitar anda terus menggunjing anda dengan segala resiko yang akan anda tanggung di masa depan hidup anda bersama seseorang?
           
Wahai Imamku! Dimana kamu? Aku menunggu begitu lama sampai aku bingung untuk apa waktu yang begitu lama ini? Kemana lagi aku harus berikhtiar mencari dirimu? Apakah engkau akan datang kepada ku dengan menggenggam dunia di tanganmu dan membawa akhirat di hatimu? Jika ya begitu, sampai kapan aku harus menunggu dirimu? Apakah kamu belum mantap hati? Apakah kamu masih memperbaiki diri?
           
Yaa Allah... yaa Rabbi... berilah hamba ilhamMu untuk menuju ridhoMu, hamba menunggu jawabanMu di setiap sujud istikharah ku dalam malamMu. Hati ini merintih berdo’a menanti jawabanMu yaa Illahi Rabbi...
           
Aku yakin! Engkau sedang menyiapkan seseorang yang terbaik untuk hamba. Tapi, bagaimana jawabanMu terhadap do’a ku ya Rabb...?
           
Untuk Imamku disana... jagalah dirimu baik-baik, perbaiki dirimu karena aku pun sedang berusaha memperbaiki diri ini untuk menjadi lebih baik. Aku ingin bertemu dengan mu dalam keadaan baik dan dalam suasana baik pula. Genggam dunia ini! Catat akhirat di hatimu! Raih ridhoNya bersamaku di perjalanan kita nanti.
           
Sekarang aku telah sadar bahwa tugasku bukan mencari dirimu tetapi mensholehkan diri ini. Biarlah aku menunggu karena aku yakin engkau sedang memperbaiki dirimu, memantaskan dirimu untuk menjadi imam ku dan ayah terbaik dari anak-anak ku yang saleh dan salehah nanti. Ingat! Aku mencintai dirimu karena agama yang ada pada dirimu, jika agama di dalam dirimu itu luntur maka sudah luntur pula cinta ku padamu.