Jumat, 30 November 2012

Resensi Novel Bait Surau




RESENSI SEBUAH BUKU
Judul Buku       : Bait Surau
Penulis              : Rakha Wahyu dan Yus. R Ismail
Penerbit           : Two Synergy Publisher. Kemang, Jakarta Selatan
Tahun Terbit    : 2012
Tebal Buku       : 132

            Bait Surau, sebuah novel yang menceritakan tentang seorang insan yang memiliki masa lalu kelam dengan bergelimangnya kesenangan duniawi yang membuatnya lupa akan Tuhannya, Allah SWT. Di masa lalunya itu, Rommy seorang lelaki penggila kebebasan menyianyiakan apa yang telah Allah SWT berikan padanya hanya demi kebebasan yang berujung pada penyesalan yang tak berarti. Di masa lalunya, ia telah menyianyiakan Nadia. Seorang istri sholehah yang sabar, cantik, penyayang, nyaris sempurna dan pasti diantara banyak kaum adam itu mengharap seorang pendamping atau istri seperti Nadia. Rommy, menyianyiakan Nadia dengan alasan, Nadia adalah perampas kebebasannya.
            Rommy sering sekali menyakiti Nadia apalagi menyakiti secara fisik. Apa yang dilakukan oleh Nadia itu selalu salah di mata Rommy tetapi Nadia tetap bersabar dan ikhlas menerimanya karena menurutnya Rommy adalah surga baginya. Sungguh, seorang bidadari penghuni surga yang nyata. Di belakang Nadia juga ternyata Rommy mendua dengan sering datang ke club hiburan malam, ia sering sekali gonta-ganti pacar hingga Rommy tidak pernah menghiraukan apa yang dikatakan oleh sahabat dekatnya Bram dan Rachel, istri dari Bram.
            Bram sering mengingatkan pada Rommy, apa sih yang sedang Rommy cari? Rommy telah mendapatkan Nadia, seorang istri yang nyaris sempurna itu? Rommy menjawabnya, karena Nadia adalah perampas kebebasannya. Bram tidak pernah mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Rommy baru-baru ini. Memang, mata hati Rommy bagai telah tertutupi oleh pekatnya hitam kacamata dunia yang membuat hatinya keras. Sekeras batu karang di laut.
            Saking kerasnya hati Rommy, ia sampai lupa daratan ketika ia marah pada Nadia di suatu malam hari dalam mobil SUV nya, marah karena mendengar kabar bahwa Nadia telah mengandung anaknya. Kabar yang seharusnya menjadi kabar yang gembira bagi setiap ayah di muka bumi tetapi tidak begitu menurut Rommy, ia beranggapan bahwa anak itu akan mempersulit ruang geraknya dalam kebebasan yang selama ini ia junjung. Setelah ia mendengar berita itu Rommy mengendarai mobilnya dengan tidak beraturan, tidak ingat jalan, secara ugal-ugalan pastinya dan tidak menghiraukan lagi cacian dari pengguna jalan lainnya. Ia sering menarik gas dan mengerem secara mendadak, menarik gas dan mengerem mendadak. Sontak, hal itu membuat Nadia menangis dan menjerit karena ketakutan. Tapi Rommy senang ketika melihat Nadia menangis dan menjerit. Semakin keras suara jerit dan tangis Nadia semakin puas pula hati Rommy melihatnya.
            Sampai suatu ketika, Rommy tidak melihat ada kereta yang sedang melaju dengan kecepatan sedang dan tanpa baris pembatas kereta. Ketika itu Rommy langsung membanting stir dan menginjak rem dengan sekuat-kuatnya tapi itu semua terlambat karena mobilnya terseret kereta sekurang-kurangnya 300 m.
            Ketika itu, Rommy tidak ingat apa-apa hanya ada kegelisahan dan kesedihan yang tersisa dalam hatinya serta dalam relung hatinya ia tiba-tiba teringat Nadia, semenjak itulah ada perubahan sikap yang signifikan dalam dirinya. Sampai akhirnya ia mengusir Ramdhan dan Bi Inah, dua orang pembantu tulus nan baiknya itu. Rommy mengira Ramdhan dan Bi Inah itu telah membohonginya soal meninggalnya Nadia. Dia sangat terpukul sekali dengan hal itu.
            Sampai suatu hari, Rommy pergi ke kampung halaman Ramdhan. Desa Samadikun di Tepi Pantai Utara. Maksud Rommy pergi ke kampung halaman Ramdhan tidak lain untuk meminta maaf pada Ramdhan karena ia telah tega mengusir Ramdhan dari rumahnya. Sesampainya disana, hari demi hari, bulan demi bulan ia jalani hidupnya di rumah sederhana Ramdhan, bersama Abah. Seorang bapak bijaksana nan bersahaja dan juga gadis sholehah berjilbab nan cantik. Siti, kakak perempuan dari Ramdhan.
            Di rumah itu, Rommy merasakan suatu kebahagian dan ketentraman hati yang selama ini telah hilang dalam dirinya. Di Desa Samadikun juga Rommy meraih hidayahNya. Hatinya terasa terpanggil untuk segera bertaubat dan berusaha memperbaiki diri, tak jarang Rommy teringat masa lalunya yang kelam tapi untungnya ada Abah dan Ramdhan yang segera menyadarkannya ketika ia ingat masa lalu yang hitamnya itu, karena untuk apa meratapi masa lalu yang telah berlalu? Hanya penyesalan yang tiada berujung tentunya. Penyesalan itu selalu datang di akhir jadi tidak perlu diratapi terlalu detail.
            Sampai suatu ketika Rommy yang sedang melaut dengan Ramdhan, Zakaria, Ibnu dan Nanang yang kehujanan karena memang ketika itu hujan deras dan petir meyambar sana-sini. Untung ada sebuah surau yang bisa dipakai oleh Rommy dan Ramdhan untuk berlindung tetapi keadaan surau itu mengkhawatirkan, surau yang luar biasa itu gubuk tua yang sudah reyot. Rembesan air ada di sana-sini. Ternyata ketika Rommy melihat surau yang luar biasa itu, hatinya tergugah untuk belajar mengaji di surau itu karena ada seoarang ustadz dan pengajian anak-anak, mungkin hal ini yang membuat Rommy tergugah untuk belajar mengaji.
            Dan pada suatu hari Rommy pulang ke Jakarta untuk mengecek sisa tabungan nya dan berencana untuk menggunakan uangnya itu untuk membenahi surau itu. Dengan diwarnai oleh pemilihan kepala desa di Desa Samadikun, Haji Sodik, Rommy dibantu warga lainnya membenahi surau itu. Setelah jadi ternyata Allah SWT berkehendak lain. Rommy belum sempat solat dan mengaji di surau baru itu ternyata Rommy, Ramdhan dan teman-teman melautnya itu tenggelam di tengah laut ketika sedang melaut, mencari uang untuk syukuran surau itu.
            Subhanallah… sungguh! Novel yang luar biasa, cerita yang menarik dan syarat akan hikmah ini pantas untuk dibaca masyarakat banyak. Karena cerita yang menuntun pada keikhlasan dan kesabaran serta merajuk pada KebesaranNya. Sekeras-kerasnya hati manusia pasti jika Allah SWT berkehendak memberikan hidayahNya itu pasti hidayah itu merasuk dalam hati dan menggetarkan jiwa.
            Cerita yang bagus ini memang pantas untuk dibaca masyarakat banyak tetapi menurut saya lebih baik lagi jika Bahasa Jawa yang ada itu diberi arti yang jelas agar semua golongan, ras, suku dan lain-lainnya itu dapat mengerti cerita yang syarat akan hikmah ini. Lalu untuk pengetikan huruf yang salah itu perlu dibetulkan lagi seperti yang ada pada halaman 7 dan halaman 123. Alur yang maju mundur, maju mundur terus juga mempengaruhi jalan ceritanya karena jika alurnya ini maju mundur, maju mundur. Tidak semua orang dapat menyimaknya dengan baik.
            Harapan saya untuk cerita ini adalah semoga cerita dalam filmnya nanti itu sama dengan cerita yang ada pada novel. Tidak ada yang dirubah dan dikurangi lagi kecuali jika dirubah itu ceritanya tambah seru dan hikmah yang ada dalam novel nya tidak tertinggal. Cerita yang bagus,  saya haturkan terima kasih kepada penulis novel ini karena telah mengenalkan suatu cerita yang luar biasa ini. Sekian dan Terima Kasih.

Rabu, 10 Oktober 2012

Izinkanlah aku, Wahai Ibuku!





Aku adalah seorang pelajar SMP yang mempunyai sejuta impian. Ibuku adalah seorang guru dan bapak ku adalah seorang kepala sekolah. Aku terlahir dari keluarga pendidik karena semua keluargaku dari mulai ibuku, bapakku, kakakku, bibiku, pamanku dan sepupuku adalah tenaga pendidik. Ibu dan Bapak berdinas di kota Bandung, kakaku berdinas di Indramayu dan bibi,paman sepupuku ada yang berdinas di Bandung, Surabaya, Semarang dan juga ada yang di Lampung. Semua keluargaku yang menjadi pendidik mengajar pelajaran yang bervariasi contohnya saja, Ibuku mengajar pelajaran IPA, Bapakku mengajar materi Seni Budaya khususnya seni lukis di salah satu sekolah seni yang akhirnya menjadi seorang kepala sekolah di sekolah seni tersebut. Bibi dan Pamanku ada yang mengajar Matematika, Bahasa Indonesia, Basa Sunda, Teknologi Informasi dan Komunikasi dan juga ada yang menjadi guru BK. Sebenarnya masih banyak keluargaku yang berprofesi sebagai pengajar.
            Aku juga ingin seperti mereka, tapi aku juga ingin semua impianku tercapai karena aku telah berjanji pada diriku sendiri akan berusaha agar mimpi-mimpiku itu tercapai meski semua mimpi-mimpiku itu ada di tangan Allah SWT. Mimpiku itu banyak sekali sampai saja Ibuku berkata bahwa “Boleh saja kamu bermimpi, karena mimpi adalah sebuah kunci. Tetapi janganlah kamu bermimpi terlalu tinggi karena apabila berangan-angan terlalu tinggi kalau jatuh sangatlah sakit dan menyakitkan. Bermimpilah sesuai kemampuanmu karena setiap manusia itu mempunyai batas kemampuannya masing-masing.”
            Aku maklumi Ibu berkata seperti itu tetapi aku tetap ingin mewujudkan semua mimpi-mimpiku. Toh, aku yakin Allah tetap bersamaku. Allah lah yang telah membantuku disetiap aku sedang dilanda kesukaran maupun kesedihan. Allah lah yang menghibur dan menyemangati aku disaat aku sedih dan hampir putus asa. Innallaha Ma’ana! Innallaha Ma’ana! Innallaha Ma’ana!
            Menurutku mimpiku itu tak terlalu tinggi tetapi ibuku kata mimpiku terlalu tinggi. Ya Allah! Ya Rabbku.. berilah aku petunjuk akan pilihan-Mu karena pilihan-Mu adalah yang terbaik untuk setiap hamba-hamba-Mu. Ya Allah, Ya Rabb! Apakah aku salah bermimpi tholabul ‘ilmi di tanah suci-Mu. Seperti di Mekkah-Madinah ataupun di Mesir? Mengapa Ibuku hanya tersenyum ketika membaca Dream List yang aku rancang?
            Aku ingin sekali Ya Rabb, mempelajari semua ajaran-Mu dan mengamalkannya di kehidupan sehari-hariku. Aku tahu bahwa itu semua memang tidak mudah, tetapi salahkah aku apabila bermimpi? Ibu pernah mengatakan bahwa “mimpi adalah sebuah kunci.” Aku tahu maksud yang ibu katakan itu. Maksud ibu adalah apabila kita mempunyai mimpi berarti kita telah mempunyai kunci untuk membuka pintu kesuksesan di kehidupan dunia yang fana ini. Jika kita telah mempunyai kuncinya tinggallah kita mencari cara untuk membuka pintu kesuksesan di kehidupan dunia yang fana ini. Tetapi mimpiku itu bukan kunci untuk membuka pintu kesuksesan di kehidupan dunia yang fana saja tetapi kunci kesuksesan di kehidupan  akhirat yang kekal abadi juga.
            Wahai Ibuku! aku mohon izinkanlah aku untuk tholabul ‘ilmi di jalan-Nya. Aku ingin masuk kedalam jalan-Nya yang lurus, bukan berarti jalanmu, wahai Ibuku! Tidak lurus tetapi aku ingin memperdalam ilmu dan ajaran-ajaran Allah SWT. Aku jadi teringat  bacaan sayyidul istighfar yang termuat di dalam hadits Shahih Bukhari yang aku baca di buku favorite ku La Tahzan! Yang berarti :
"Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada Ilah selain Engkau. Engkau
ciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan menjalankan semua
janjiku  untuk-Mu dengan segala kemampuanku. Aku berlindung kepada-
Mu dari keburukan yang aku lakukan. Aku kembali kepada-Mu dengan
segala nikmat-Mu atasku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah
aku karena tidak ada yang memberi ampunan terhadap dosa-dosa kecuali
Engkau."
           
Aku akan berusaha semampuku untuk menepati janjiku untuk Rabbku semata! Ibu… aku mohon bu, izinkan aku tuk menepati janji ku pada Rabbku…

Aku juga jadi teringat fase-fase perubahanku dari zaman jahilliyahku di hidupku ini sampai sekarang diriku yang baru. Mulai mengenal dan mempelajari sedikit demi sedikit ala din’ul islam dan berusaha untuk menerapkan semua ilmu-ilmu yang aku tahu ke dalam kehidupanku sehari-hari.

Aku memulai fase yang baru dalam hidupku dengan menggunakan Hijab sebagai pakaianku karena itulah perintah Rabbku yang tercantum dalam surah Al-Ahzab ayat 59 yang berarti :

“Wahai Nabi! Suruhlah istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar). Cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah maha pengampun lagi mengasihi.”

Dari surah Al-Ahzab ayat 59 diatas, aku jadi mengetahui bahwa Hijab bukan ukuran baik atau tidak baik akhlak seseorang. Tidak disyaratkan hati, akhlak, ilmu agama, shalat, puasa dan amalan lainnya sempurna dulu. Menutup aurat adalah perintah Allah untuk perempuan baligh, hukumnya wajib seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lainnya. Jika kita tidak berhijab konsekwensinya kita melakukan dosa setiap hari, seperti dosa tidak melakukan kewajiban agama lainnya seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lainnya.

Pada waktu aku akan memulai berhijab aku mengatakan kepada Ibu bahwa aku akan mulai berhijab dan memang awal-awalnya Ibu tidak merespons permintaan ku tetapi setelah aku sampaikan hal itu secara baik-baik dan Alhamdulillah Ibu pun mengerti. Mungkin tadinya ibu takut jika aku berhijab hanya karena emosi yang aku miliki di masa remaja yang memang masa labil setiap manusia.
Setelah aku berhijab, ternyata.. Subhanallah! Hijab bukanlah pakaian yang menakutkan karena rasa panas yang dirasakan. Menurutku bila dibandingkan dengan panasnya api neraka tidak seberapa panas yang dirasakan bila berhijab di dunia ini. Ya Allah Allaahummaa ajirnii minannaar.. Aamiin.


Selain berhijab, aku juga belajar untuk menjaga ibadah-ibadah lainnya seperti shalat, puasa, mengaji, berdzikir kepada Rabbku dengan khusyu’ dan berusaha menyisihkan uang jajanku untuk shodaqoh jarriyah kepada saudara-saudaraku yang membutuhkan karena Allah Ta’ala. Karena itulah perintah Rabbku, apapun yang Rabbku perintahkan aku berusaha mengerjakannya, karena segala sesuatu yang Rabbku perintahkan kepada setiap hamba-hamba-Nya pasti mendatangkan manfaat untuk setiap hamba-hamba-Nya tetapi jika segala sesuatu yang Rabbku larang akan mendatangkan mudharat bagi hamba-hamba-Nya yang melaksanakan larangan-Nya dan tidak melaksanakan perintahnya. Karena Rabbku aku bisa hidup, oleh Rabbku aku diberi hidayah dan ilham-Nya dan karena hidayah, ilham dan kesempatan yang telah diberi oleh-Nya aku serahkan hidupku untuk Rabbku semata.

Selain itu aku juga berusaha untuk tetap istiqomah di jalan-Nya. Bertambahlah ilmuku karena aku menemukan sebuah ayat di dalam Qur’an Nul Karim dalam surah An-Nur ayat 31 yang berarti :

“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”
Dari surah ini aku mendapat satu lagi petunjuk dari Rabbku. Bahwasannya kita harus menjaga pandangan kepada laki-laki yang bukan mahrom kita. Semenjak aku tahu isi dari ayat ini, aku langsung melaksanakannya meski belum sempurna tetapi aku berusaha untuk melaksanakannya dengan baik dan semata-mata untuk Rabbku. Karena Khoirukum man ta'allamal qur-aana wa 'allamahu.
Selain itu aku juga berusaha untuk tetap membawa wudhu setiap saat, jadi aku mulai menjaga pandangan dan tidak bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahromku dan yang paling penting lagi adalah menjaga hati ini agar tidak digerogoti oleh berbagai macam penyakit hati. Ketika aku sedang mengamalkan surah An-Nur ayat 31, aku mulai dari menjaga pandangan dan tidak bersalaman secara langsung dengan laki-laki bukan mahromku.

Ketika itu ada pamanku bersilaturrahim ke rumahku dan aku tidak mau bersalaman dengan beliau karena menjaga wudhu yang aku miliki. Ternyata Ibu kecewa karena pamanku itu bicara kepada Ibuku perihal aku yang menolak bersalaman dengan beliau meski caraku itu sopan, aku berusaha untuk memberi penjelasan kepada Ibu dan pamanku itu. Aku hanya berharap Ibu dan pamanku itu mengerti.

Mengaji dengan Mahraj yang benar adalah salah satu upaya aku untuk taqarrub kepada Rabbku serta menuju cinta dan keredhaan-Nya, seperti hadits riwayat Tirmidzi yang pernah aku baca :

Sabda Rasulullah SAW,”Orang yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan setara dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.”

Selain menjaga pandangan dan menjaga wudhu yang aku miliki dan juga mengaji dengan Mahraj yang benar, aku juga berusaha untuk, berpuasa sunah karena Allah Ta’ala.. aku melaksanakan sunah yang dicontohkan oleh Rasulku Muhammad SAW. Aku jadi teringat cerita yang pernah guruku ceritakan tentang Rasulallah yang pulang dari perjuangan membela ala din’ul islam ke rumah, dari pagi beliau belum memakan atau meminum sesuatu apapun dan di saat siang hari pulang ke rumah beliau bertanya kepada istrinya Aisyah Ra. “Ya Khumaira! Apakah ada makanan yang bisa aku makan siang ini?” kemudian Aisyah Ra menjawab pertanyaan Rasulallah “Maaf, ya Muhammad! Hari ini belum ada makanan yang bisa dimakan.” Dan Rasulallah juga menjawab kembali jawaban istrinya, Aisyah Ra “Oh, ya sudah kalau begitu aku lanjutkan saja puasa ku hari ini.” Mungkin kurang lebih seperti ini cerita yang guruku ceritakan. Selain itu aku juga jadi teringat kalimat yang pernah guruku ajarkan kepadaku yang dikatakan oleh ahli sufi Rabi’ah Al-Adawiyya yang mengatakan bahwa “Lebih baik berlapar-lapar ria di dunia ini daripada berlapar-lapar di akhirat kelak.”

Sudah lama ini aku minta disediakan buah kurma kepada Ibu. Jika ibu tidak menemukan buah kurma di pasar aku minta disediakan buah anggur atau madu ataupun susu. Awalnya Ibu heran mendengar permintaanku untuk dibelikan buah kurma ataupun buah anggur atau madu ataupun susu karena aku tak biasa untuk minta dibelikan makanan. Semua yang mengatur makanan itu Ibu. Apalagi aku lebih sering minta disediakan buah kurma karena aku pernah membaca sebuah artikel di perpustakaan bahwa kurma, anggur, madu dan susu adalah makanan dan minuman kesukaan Rasulallah SAW, buah kurma lah yang paling beliau sukai bahkan ada dalam sebuah hadits yang mengatakan bahwa Rasulallah SAW berkata “Jika dalam suatu rumah itu tak terdapat buah kurma maka sama saja rumah itu tidak ada makanan meski makanan di rumah itu melimpah.”

Semenjak aku melaksanakan perintah Rabbku dan menjalankan sunah dari Rasulallah SAW, ibu heran terhadap yang aku lakukan karena memang sebelumnya aku belum pernah melaksanakannya karena hidayah-Nya lah aku bisa memperbaiki diriku ini. Berusaha memperbaiki diriku. Ya Allah! Thank you very much for everything you’re giving me..

Aku menjelaskan kepada Ibu bahwa aku ini sedang bebenah diri untuk menuju keredhaan-Nya. Aku pernah membaca sebuah pernyataan antara Allah SWT dengan manusia seperti ini :

I say        : Its impossible
Allah says: All is possible

I say      : I'm too tired
Allah says: I'll give you rest

I say: I can't do it
Allah says: You can do everything



I say: I'm unable
Allah says: you are able for everything

I say: I can't forgive myself
Allah says: I forgive you.

I say: I feel alone
Allah says: I'll never leave you alone

I say: nobody loves me
Allah says: I love you.

Trust Allah,
Everything Will Be Done
           
Aku meminta ibu untuk membacanya, dan Alhamdulillah Ibu mengerti apa yang aku inginkan. Subhanallah! Ya Allah! Ya Rabbku! Semoga engkau memberi hidayah kepada Ibuku karena hanya engkaulah yang mempunyai hidayah dan mudah bagimu hidayah itu. Semoga ibu tidak terlalu memikirkan hal-hal yang berbau duniawi saja ya Rabb! Seperti isi dari surah Al’Ala ayat 16-17 yang berarti :
           
“Tetapi engkau memilih kehidupan duniawi, sedangkan kehidupan akhirat adalah yang lebih baik dan lebih kekal.”

Dan Rasulallah SAW bersabda : “Bila engkau ingin dicintai Allah, takutlah kepada-Nya dan bertakwalah. Bila engkau ingin dicintai para makhluk, berbuat baiklah kepada mereka dan jangan berharap sesuatu dari yang mereka miliki. Bila engkau ingin diperkaya dalam harta, maka zakatilah harta bendamu. Bila engkau ingin disihatkan badanmu, maka perbanyaklah sedekahmu. Bila engkau ingin diperpanjang umurmu, maka bersilaturrahimlah kepada kaum kerabatmu. Bila engkau ingin dikumpulkan bersamaku di padang mahsyar, maka perpanjanglah sujudmu kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa.”

            Semoga Allah memberikan Ibu hidayah.. Aamiin ya robbal’alamin.. Wahai Ibuku! Yang aku cintai di dunia ini sesudah cintaku kepada Rabbku dan Rasulku.. engkau adalah wanita yang mulia. Derajatmu 3 tingkat dibanding seorang ayah.. ananda mohon, jemputlah hidayah Allah bu! Insyaallah ibu akan lebih baik dari sebelum-sebelumnya.. karena jika kita taat kepada Allah, masalah duniawi tidak akan tertinggal atau terabaikan.

            Berdzikir atau mengingat Rabbku di setiap langkahku agar mendapat cinta dan keredhaan-Nya dan juga mendapat pertolongan-Nya. Seperti hadits yang pernah aku baca, riwayat Bukhori-Muslim seperti ini :

Berkata Abu Hurairah R.a : bahwa Nabi saw telah bersabda:”Ada tujuh kelompok yang akan mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya.Mereka adalah pemimpin yang adil, anak muda yang senantiasa beribadah kepada Allah Azza wa Jalla,seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan mesjid,dua orang yang saling mencintai karena Allah,yakni keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah,seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan lalu ia menjawab: “Sungguh aku takut kepada Allah”,seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-sembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya,dan seseorang yang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian ia mencucurkan air mata.”

Aku juga ingin sekali mengamalkan hadits ini. Subhanallah! Luar biasa! Susahnya mengamalkan isi hadits ini, tetapi demi Rabbku aku laksanakan. Alhamdulillah aku bisa mengamalkannya. Terima kasih ya Rabb! Atas bimbingan-Mu hamba bisa mengamalkan hadits ini.

Ketika aku sudah mulai tahu dan mengamalkan ajaran-ajaran Allah SWT. Akhirnya ibu mengerti dan akhirnya mengizinkan aku untuk terus berjuang di jalan-Nya. Alhamdulillah, terima kasih ya Rabb! Berkat hidayah-Mu Ibu mengerti apa yang aku inginkan. Sebelum ibu mengerti apa maksudku itu Ibuku marah-marah dulu karena memang keluargaku bukanlah keluarga yang Islami, tetapi Alhamdulillah beragama Islam. Terima kasih ya Rabb, atas kuasa-Mu hamba mendapat hidayah dan ibuku juga mendapatkannya. Karena, “...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (QS. Ar-Rad : 11)

Sabtu, 25 Agustus 2012

Dimana? Dirimu Sekarang? Wahai Imamku?



 
            Sahabat pembaca rahiimakumullah, pernahkah hati kecil anda bertanya tentang kesendirian anda yang tidak mengarah terhadap apapun yang ada di sekitar anda? Mungkin, diantara anda ada yang sudah dan ada yang belum. Bagi anda yang sudah, bagaimana rasanya? Anda pasti merasa bingung atau bahkan sudah sampai taraf kecewa?
           
Bagi saya, rasa bingung terhadap masalah kesendirian itu merupakan bagian dalam hidup saya yang paling tidak bersahabat dengan saya, mengapa demikian? Mungkin bagi anda yang sudah merasakan bagian itu juga sependapat dengan saya. Tapi, apakah ada seseorang yang mempunyai masalah yang sama tapi tidak sependapat?
           
Pasti ada saja orang-orang yang tidak sepaham atau tidak sependapat, karena perbedaan pendapat itu merupakan suatu hal yang lumrah. Saya berpendapat seperti itu karena memang jika saya sudah bingung, saya selalu ragu untuk melangkah, seperti seseorang pembuat kue yang baru belajar membuat kue cake chiffon yang menggunakan tepung terigu dan tepung maizena. Jika si pembuat kue yang baru belajar itu belum bisa membedakan kedua tepung itu dengan benar, apa yang akan terjadi?
           
Si pembuat kue yang baru belajar itu bingung dan ragu untuk melangkah pada step selanjutnya. Seperti hal nya diri saya pribadi, saya bingung jika harus memilih seseorang antara si A atau si B atau mungkin si C dan seterusnya... mana kah seseorang yang Allah ridhoi untuk saya? Saya belum bisa memilih dengan begitu saja seperti hal nya anak kecil yang memilih permen karena seorang anak kecil yang memilih permen itu hanya menilai dari luar nya saja, misalnya anak kecil itu lebih memilih permen berwarna merah muda ketimbang yang berwarna merah tua. Siapa tau, jika permen berwarna merah muda itu mempunyai rasa yang asam?
           
Tentu tak akan ada yang tau rasa permen merah muda itu berasa masam sebelum ada yang mencicipi nya terlebih dahulu, lalu pertanyaan sekarang.. apakah jika memilih seorang pendamping harus dicicipi terlebih dahulu? Agar tidak tertipu seperti halnya anak kecil yang memilih permen? Sudah pasti jawaban nya adalah TIDAK!
           
Bagaimana bisa kita melangkah dengan sesuatu yang kurang baik? Apakah anda bisa memilihnya tanpa ada sebuah kesulitan apapun atau bahkan kekhawatiran salah memilih? Sementara orang-orang sekitar anda terus menggunjing anda dengan segala resiko yang akan anda tanggung di masa depan hidup anda bersama seseorang?
           
Wahai Imamku! Dimana kamu? Aku menunggu begitu lama sampai aku bingung untuk apa waktu yang begitu lama ini? Kemana lagi aku harus berikhtiar mencari dirimu? Apakah engkau akan datang kepada ku dengan menggenggam dunia di tanganmu dan membawa akhirat di hatimu? Jika ya begitu, sampai kapan aku harus menunggu dirimu? Apakah kamu belum mantap hati? Apakah kamu masih memperbaiki diri?
           
Yaa Allah... yaa Rabbi... berilah hamba ilhamMu untuk menuju ridhoMu, hamba menunggu jawabanMu di setiap sujud istikharah ku dalam malamMu. Hati ini merintih berdo’a menanti jawabanMu yaa Illahi Rabbi...
           
Aku yakin! Engkau sedang menyiapkan seseorang yang terbaik untuk hamba. Tapi, bagaimana jawabanMu terhadap do’a ku ya Rabb...?
           
Untuk Imamku disana... jagalah dirimu baik-baik, perbaiki dirimu karena aku pun sedang berusaha memperbaiki diri ini untuk menjadi lebih baik. Aku ingin bertemu dengan mu dalam keadaan baik dan dalam suasana baik pula. Genggam dunia ini! Catat akhirat di hatimu! Raih ridhoNya bersamaku di perjalanan kita nanti.
           
Sekarang aku telah sadar bahwa tugasku bukan mencari dirimu tetapi mensholehkan diri ini. Biarlah aku menunggu karena aku yakin engkau sedang memperbaiki dirimu, memantaskan dirimu untuk menjadi imam ku dan ayah terbaik dari anak-anak ku yang saleh dan salehah nanti. Ingat! Aku mencintai dirimu karena agama yang ada pada dirimu, jika agama di dalam dirimu itu luntur maka sudah luntur pula cinta ku padamu.