RESENSI SEBUAH BUKU
Judul
Buku : Bait Surau
Penulis : Rakha Wahyu dan Yus. R Ismail
Penerbit : Two Synergy Publisher. Kemang,
Jakarta Selatan
Tahun
Terbit : 2012
Tebal
Buku : 132
Bait
Surau, sebuah novel yang menceritakan tentang seorang insan yang memiliki masa
lalu kelam dengan bergelimangnya kesenangan duniawi yang membuatnya lupa akan
Tuhannya, Allah SWT. Di masa lalunya itu, Rommy seorang lelaki penggila
kebebasan menyianyiakan apa yang telah Allah SWT berikan padanya hanya demi
kebebasan yang berujung pada penyesalan yang tak berarti. Di masa lalunya, ia
telah menyianyiakan Nadia. Seorang istri sholehah yang sabar, cantik,
penyayang, nyaris sempurna dan pasti diantara banyak kaum adam itu mengharap
seorang pendamping atau istri seperti Nadia. Rommy, menyianyiakan Nadia dengan
alasan, Nadia adalah perampas kebebasannya.
Rommy
sering sekali menyakiti Nadia apalagi menyakiti secara fisik. Apa yang
dilakukan oleh Nadia itu selalu salah di mata Rommy tetapi Nadia tetap bersabar
dan ikhlas menerimanya karena menurutnya Rommy adalah surga baginya. Sungguh,
seorang bidadari penghuni surga yang nyata. Di belakang Nadia juga ternyata
Rommy mendua dengan sering datang ke club
hiburan malam, ia sering sekali gonta-ganti pacar hingga Rommy tidak pernah
menghiraukan apa yang dikatakan oleh sahabat dekatnya Bram dan Rachel, istri
dari Bram.
Bram
sering mengingatkan pada Rommy, apa sih yang sedang Rommy cari? Rommy telah
mendapatkan Nadia, seorang istri yang nyaris sempurna itu? Rommy menjawabnya,
karena Nadia adalah perampas kebebasannya. Bram tidak pernah mengerti dengan
apa yang dilakukan oleh Rommy baru-baru ini. Memang, mata hati Rommy bagai
telah tertutupi oleh pekatnya hitam kacamata dunia yang membuat hatinya keras.
Sekeras batu karang di laut.
Saking
kerasnya hati Rommy, ia sampai lupa daratan ketika ia marah pada Nadia di suatu
malam hari dalam mobil SUV nya, marah karena mendengar kabar bahwa Nadia telah
mengandung anaknya. Kabar yang seharusnya menjadi kabar yang gembira bagi
setiap ayah di muka bumi tetapi tidak begitu menurut Rommy, ia beranggapan
bahwa anak itu akan mempersulit ruang geraknya dalam kebebasan yang selama ini
ia junjung. Setelah ia mendengar berita itu Rommy mengendarai mobilnya dengan
tidak beraturan, tidak ingat jalan, secara ugal-ugalan pastinya dan tidak
menghiraukan lagi cacian dari pengguna jalan lainnya. Ia sering menarik gas dan
mengerem secara mendadak, menarik gas dan mengerem mendadak. Sontak, hal itu
membuat Nadia menangis dan menjerit karena ketakutan. Tapi Rommy senang ketika
melihat Nadia menangis dan menjerit. Semakin keras suara jerit dan tangis Nadia
semakin puas pula hati Rommy melihatnya.
Sampai
suatu ketika, Rommy tidak melihat ada kereta yang sedang melaju dengan kecepatan
sedang dan tanpa baris pembatas kereta. Ketika itu Rommy langsung membanting
stir dan menginjak rem dengan sekuat-kuatnya tapi itu semua terlambat karena
mobilnya terseret kereta sekurang-kurangnya 300 m.
Ketika
itu, Rommy tidak ingat apa-apa hanya ada kegelisahan dan kesedihan yang tersisa
dalam hatinya serta dalam relung hatinya ia tiba-tiba teringat Nadia, semenjak
itulah ada perubahan sikap yang signifikan dalam dirinya. Sampai akhirnya ia
mengusir Ramdhan dan Bi Inah, dua orang pembantu tulus nan baiknya itu. Rommy
mengira Ramdhan dan Bi Inah itu telah membohonginya soal meninggalnya Nadia.
Dia sangat terpukul sekali dengan hal itu.
Sampai
suatu hari, Rommy pergi ke kampung halaman Ramdhan. Desa Samadikun di Tepi
Pantai Utara. Maksud Rommy pergi ke kampung halaman Ramdhan tidak lain untuk
meminta maaf pada Ramdhan karena ia telah tega mengusir Ramdhan dari rumahnya.
Sesampainya disana, hari demi hari, bulan demi bulan ia jalani hidupnya di
rumah sederhana Ramdhan, bersama Abah. Seorang bapak bijaksana nan bersahaja
dan juga gadis sholehah berjilbab nan cantik. Siti, kakak perempuan dari
Ramdhan.
Di
rumah itu, Rommy merasakan suatu kebahagian dan ketentraman hati yang selama
ini telah hilang dalam dirinya. Di Desa Samadikun juga Rommy meraih hidayahNya.
Hatinya terasa terpanggil untuk segera bertaubat dan berusaha memperbaiki diri,
tak jarang Rommy teringat masa lalunya yang kelam tapi untungnya ada Abah dan
Ramdhan yang segera menyadarkannya ketika ia ingat masa lalu yang hitamnya itu,
karena untuk apa meratapi masa lalu yang telah berlalu? Hanya penyesalan yang
tiada berujung tentunya. Penyesalan itu selalu datang di akhir jadi tidak perlu
diratapi terlalu detail.
Sampai
suatu ketika Rommy yang sedang melaut dengan Ramdhan, Zakaria, Ibnu dan Nanang
yang kehujanan karena memang ketika itu hujan deras dan petir meyambar
sana-sini. Untung ada sebuah surau yang bisa dipakai oleh Rommy dan Ramdhan
untuk berlindung tetapi keadaan surau itu mengkhawatirkan, surau yang luar
biasa itu gubuk tua yang sudah reyot. Rembesan air ada di sana-sini. Ternyata
ketika Rommy melihat surau yang luar biasa itu, hatinya tergugah untuk belajar
mengaji di surau itu karena ada seoarang ustadz dan pengajian anak-anak,
mungkin hal ini yang membuat Rommy tergugah untuk belajar mengaji.
Dan
pada suatu hari Rommy pulang ke Jakarta untuk mengecek sisa tabungan nya dan
berencana untuk menggunakan uangnya itu untuk membenahi surau itu. Dengan
diwarnai oleh pemilihan kepala desa di Desa Samadikun, Haji Sodik, Rommy
dibantu warga lainnya membenahi surau itu. Setelah jadi ternyata Allah SWT
berkehendak lain. Rommy belum sempat solat dan mengaji di surau baru itu
ternyata Rommy, Ramdhan dan teman-teman melautnya itu tenggelam di tengah laut
ketika sedang melaut, mencari uang untuk syukuran surau itu.
Subhanallah…
sungguh! Novel yang luar biasa, cerita yang menarik dan syarat akan hikmah ini
pantas untuk dibaca masyarakat banyak. Karena cerita yang menuntun pada
keikhlasan dan kesabaran serta merajuk pada KebesaranNya. Sekeras-kerasnya hati
manusia pasti jika Allah SWT berkehendak memberikan hidayahNya itu pasti
hidayah itu merasuk dalam hati dan menggetarkan jiwa.
Cerita
yang bagus ini memang pantas untuk dibaca masyarakat banyak tetapi menurut saya
lebih baik lagi jika Bahasa Jawa yang ada itu diberi arti yang jelas agar semua
golongan, ras, suku dan lain-lainnya itu dapat mengerti cerita yang syarat akan
hikmah ini. Lalu untuk pengetikan huruf yang salah itu perlu dibetulkan lagi
seperti yang ada pada halaman 7 dan halaman 123. Alur yang maju mundur, maju
mundur terus juga mempengaruhi jalan ceritanya karena jika alurnya ini maju
mundur, maju mundur. Tidak semua orang dapat menyimaknya dengan baik.
Harapan
saya untuk cerita ini adalah semoga cerita dalam filmnya nanti itu sama dengan
cerita yang ada pada novel. Tidak ada yang dirubah dan dikurangi lagi kecuali
jika dirubah itu ceritanya tambah seru dan hikmah yang ada dalam novel nya
tidak tertinggal. Cerita yang bagus,
saya haturkan terima kasih kepada penulis novel ini karena telah
mengenalkan suatu cerita yang luar biasa ini. Sekian dan Terima Kasih.
Latarnya mana?
BalasHapus