Rabu, 10 Oktober 2012

Izinkanlah aku, Wahai Ibuku!





Aku adalah seorang pelajar SMP yang mempunyai sejuta impian. Ibuku adalah seorang guru dan bapak ku adalah seorang kepala sekolah. Aku terlahir dari keluarga pendidik karena semua keluargaku dari mulai ibuku, bapakku, kakakku, bibiku, pamanku dan sepupuku adalah tenaga pendidik. Ibu dan Bapak berdinas di kota Bandung, kakaku berdinas di Indramayu dan bibi,paman sepupuku ada yang berdinas di Bandung, Surabaya, Semarang dan juga ada yang di Lampung. Semua keluargaku yang menjadi pendidik mengajar pelajaran yang bervariasi contohnya saja, Ibuku mengajar pelajaran IPA, Bapakku mengajar materi Seni Budaya khususnya seni lukis di salah satu sekolah seni yang akhirnya menjadi seorang kepala sekolah di sekolah seni tersebut. Bibi dan Pamanku ada yang mengajar Matematika, Bahasa Indonesia, Basa Sunda, Teknologi Informasi dan Komunikasi dan juga ada yang menjadi guru BK. Sebenarnya masih banyak keluargaku yang berprofesi sebagai pengajar.
            Aku juga ingin seperti mereka, tapi aku juga ingin semua impianku tercapai karena aku telah berjanji pada diriku sendiri akan berusaha agar mimpi-mimpiku itu tercapai meski semua mimpi-mimpiku itu ada di tangan Allah SWT. Mimpiku itu banyak sekali sampai saja Ibuku berkata bahwa “Boleh saja kamu bermimpi, karena mimpi adalah sebuah kunci. Tetapi janganlah kamu bermimpi terlalu tinggi karena apabila berangan-angan terlalu tinggi kalau jatuh sangatlah sakit dan menyakitkan. Bermimpilah sesuai kemampuanmu karena setiap manusia itu mempunyai batas kemampuannya masing-masing.”
            Aku maklumi Ibu berkata seperti itu tetapi aku tetap ingin mewujudkan semua mimpi-mimpiku. Toh, aku yakin Allah tetap bersamaku. Allah lah yang telah membantuku disetiap aku sedang dilanda kesukaran maupun kesedihan. Allah lah yang menghibur dan menyemangati aku disaat aku sedih dan hampir putus asa. Innallaha Ma’ana! Innallaha Ma’ana! Innallaha Ma’ana!
            Menurutku mimpiku itu tak terlalu tinggi tetapi ibuku kata mimpiku terlalu tinggi. Ya Allah! Ya Rabbku.. berilah aku petunjuk akan pilihan-Mu karena pilihan-Mu adalah yang terbaik untuk setiap hamba-hamba-Mu. Ya Allah, Ya Rabb! Apakah aku salah bermimpi tholabul ‘ilmi di tanah suci-Mu. Seperti di Mekkah-Madinah ataupun di Mesir? Mengapa Ibuku hanya tersenyum ketika membaca Dream List yang aku rancang?
            Aku ingin sekali Ya Rabb, mempelajari semua ajaran-Mu dan mengamalkannya di kehidupan sehari-hariku. Aku tahu bahwa itu semua memang tidak mudah, tetapi salahkah aku apabila bermimpi? Ibu pernah mengatakan bahwa “mimpi adalah sebuah kunci.” Aku tahu maksud yang ibu katakan itu. Maksud ibu adalah apabila kita mempunyai mimpi berarti kita telah mempunyai kunci untuk membuka pintu kesuksesan di kehidupan dunia yang fana ini. Jika kita telah mempunyai kuncinya tinggallah kita mencari cara untuk membuka pintu kesuksesan di kehidupan dunia yang fana ini. Tetapi mimpiku itu bukan kunci untuk membuka pintu kesuksesan di kehidupan dunia yang fana saja tetapi kunci kesuksesan di kehidupan  akhirat yang kekal abadi juga.
            Wahai Ibuku! aku mohon izinkanlah aku untuk tholabul ‘ilmi di jalan-Nya. Aku ingin masuk kedalam jalan-Nya yang lurus, bukan berarti jalanmu, wahai Ibuku! Tidak lurus tetapi aku ingin memperdalam ilmu dan ajaran-ajaran Allah SWT. Aku jadi teringat  bacaan sayyidul istighfar yang termuat di dalam hadits Shahih Bukhari yang aku baca di buku favorite ku La Tahzan! Yang berarti :
"Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada Ilah selain Engkau. Engkau
ciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan menjalankan semua
janjiku  untuk-Mu dengan segala kemampuanku. Aku berlindung kepada-
Mu dari keburukan yang aku lakukan. Aku kembali kepada-Mu dengan
segala nikmat-Mu atasku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah
aku karena tidak ada yang memberi ampunan terhadap dosa-dosa kecuali
Engkau."
           
Aku akan berusaha semampuku untuk menepati janjiku untuk Rabbku semata! Ibu… aku mohon bu, izinkan aku tuk menepati janji ku pada Rabbku…

Aku juga jadi teringat fase-fase perubahanku dari zaman jahilliyahku di hidupku ini sampai sekarang diriku yang baru. Mulai mengenal dan mempelajari sedikit demi sedikit ala din’ul islam dan berusaha untuk menerapkan semua ilmu-ilmu yang aku tahu ke dalam kehidupanku sehari-hari.

Aku memulai fase yang baru dalam hidupku dengan menggunakan Hijab sebagai pakaianku karena itulah perintah Rabbku yang tercantum dalam surah Al-Ahzab ayat 59 yang berarti :

“Wahai Nabi! Suruhlah istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar). Cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah maha pengampun lagi mengasihi.”

Dari surah Al-Ahzab ayat 59 diatas, aku jadi mengetahui bahwa Hijab bukan ukuran baik atau tidak baik akhlak seseorang. Tidak disyaratkan hati, akhlak, ilmu agama, shalat, puasa dan amalan lainnya sempurna dulu. Menutup aurat adalah perintah Allah untuk perempuan baligh, hukumnya wajib seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lainnya. Jika kita tidak berhijab konsekwensinya kita melakukan dosa setiap hari, seperti dosa tidak melakukan kewajiban agama lainnya seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lainnya.

Pada waktu aku akan memulai berhijab aku mengatakan kepada Ibu bahwa aku akan mulai berhijab dan memang awal-awalnya Ibu tidak merespons permintaan ku tetapi setelah aku sampaikan hal itu secara baik-baik dan Alhamdulillah Ibu pun mengerti. Mungkin tadinya ibu takut jika aku berhijab hanya karena emosi yang aku miliki di masa remaja yang memang masa labil setiap manusia.
Setelah aku berhijab, ternyata.. Subhanallah! Hijab bukanlah pakaian yang menakutkan karena rasa panas yang dirasakan. Menurutku bila dibandingkan dengan panasnya api neraka tidak seberapa panas yang dirasakan bila berhijab di dunia ini. Ya Allah Allaahummaa ajirnii minannaar.. Aamiin.


Selain berhijab, aku juga belajar untuk menjaga ibadah-ibadah lainnya seperti shalat, puasa, mengaji, berdzikir kepada Rabbku dengan khusyu’ dan berusaha menyisihkan uang jajanku untuk shodaqoh jarriyah kepada saudara-saudaraku yang membutuhkan karena Allah Ta’ala. Karena itulah perintah Rabbku, apapun yang Rabbku perintahkan aku berusaha mengerjakannya, karena segala sesuatu yang Rabbku perintahkan kepada setiap hamba-hamba-Nya pasti mendatangkan manfaat untuk setiap hamba-hamba-Nya tetapi jika segala sesuatu yang Rabbku larang akan mendatangkan mudharat bagi hamba-hamba-Nya yang melaksanakan larangan-Nya dan tidak melaksanakan perintahnya. Karena Rabbku aku bisa hidup, oleh Rabbku aku diberi hidayah dan ilham-Nya dan karena hidayah, ilham dan kesempatan yang telah diberi oleh-Nya aku serahkan hidupku untuk Rabbku semata.

Selain itu aku juga berusaha untuk tetap istiqomah di jalan-Nya. Bertambahlah ilmuku karena aku menemukan sebuah ayat di dalam Qur’an Nul Karim dalam surah An-Nur ayat 31 yang berarti :

“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”
Dari surah ini aku mendapat satu lagi petunjuk dari Rabbku. Bahwasannya kita harus menjaga pandangan kepada laki-laki yang bukan mahrom kita. Semenjak aku tahu isi dari ayat ini, aku langsung melaksanakannya meski belum sempurna tetapi aku berusaha untuk melaksanakannya dengan baik dan semata-mata untuk Rabbku. Karena Khoirukum man ta'allamal qur-aana wa 'allamahu.
Selain itu aku juga berusaha untuk tetap membawa wudhu setiap saat, jadi aku mulai menjaga pandangan dan tidak bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahromku dan yang paling penting lagi adalah menjaga hati ini agar tidak digerogoti oleh berbagai macam penyakit hati. Ketika aku sedang mengamalkan surah An-Nur ayat 31, aku mulai dari menjaga pandangan dan tidak bersalaman secara langsung dengan laki-laki bukan mahromku.

Ketika itu ada pamanku bersilaturrahim ke rumahku dan aku tidak mau bersalaman dengan beliau karena menjaga wudhu yang aku miliki. Ternyata Ibu kecewa karena pamanku itu bicara kepada Ibuku perihal aku yang menolak bersalaman dengan beliau meski caraku itu sopan, aku berusaha untuk memberi penjelasan kepada Ibu dan pamanku itu. Aku hanya berharap Ibu dan pamanku itu mengerti.

Mengaji dengan Mahraj yang benar adalah salah satu upaya aku untuk taqarrub kepada Rabbku serta menuju cinta dan keredhaan-Nya, seperti hadits riwayat Tirmidzi yang pernah aku baca :

Sabda Rasulullah SAW,”Orang yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan setara dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.”

Selain menjaga pandangan dan menjaga wudhu yang aku miliki dan juga mengaji dengan Mahraj yang benar, aku juga berusaha untuk, berpuasa sunah karena Allah Ta’ala.. aku melaksanakan sunah yang dicontohkan oleh Rasulku Muhammad SAW. Aku jadi teringat cerita yang pernah guruku ceritakan tentang Rasulallah yang pulang dari perjuangan membela ala din’ul islam ke rumah, dari pagi beliau belum memakan atau meminum sesuatu apapun dan di saat siang hari pulang ke rumah beliau bertanya kepada istrinya Aisyah Ra. “Ya Khumaira! Apakah ada makanan yang bisa aku makan siang ini?” kemudian Aisyah Ra menjawab pertanyaan Rasulallah “Maaf, ya Muhammad! Hari ini belum ada makanan yang bisa dimakan.” Dan Rasulallah juga menjawab kembali jawaban istrinya, Aisyah Ra “Oh, ya sudah kalau begitu aku lanjutkan saja puasa ku hari ini.” Mungkin kurang lebih seperti ini cerita yang guruku ceritakan. Selain itu aku juga jadi teringat kalimat yang pernah guruku ajarkan kepadaku yang dikatakan oleh ahli sufi Rabi’ah Al-Adawiyya yang mengatakan bahwa “Lebih baik berlapar-lapar ria di dunia ini daripada berlapar-lapar di akhirat kelak.”

Sudah lama ini aku minta disediakan buah kurma kepada Ibu. Jika ibu tidak menemukan buah kurma di pasar aku minta disediakan buah anggur atau madu ataupun susu. Awalnya Ibu heran mendengar permintaanku untuk dibelikan buah kurma ataupun buah anggur atau madu ataupun susu karena aku tak biasa untuk minta dibelikan makanan. Semua yang mengatur makanan itu Ibu. Apalagi aku lebih sering minta disediakan buah kurma karena aku pernah membaca sebuah artikel di perpustakaan bahwa kurma, anggur, madu dan susu adalah makanan dan minuman kesukaan Rasulallah SAW, buah kurma lah yang paling beliau sukai bahkan ada dalam sebuah hadits yang mengatakan bahwa Rasulallah SAW berkata “Jika dalam suatu rumah itu tak terdapat buah kurma maka sama saja rumah itu tidak ada makanan meski makanan di rumah itu melimpah.”

Semenjak aku melaksanakan perintah Rabbku dan menjalankan sunah dari Rasulallah SAW, ibu heran terhadap yang aku lakukan karena memang sebelumnya aku belum pernah melaksanakannya karena hidayah-Nya lah aku bisa memperbaiki diriku ini. Berusaha memperbaiki diriku. Ya Allah! Thank you very much for everything you’re giving me..

Aku menjelaskan kepada Ibu bahwa aku ini sedang bebenah diri untuk menuju keredhaan-Nya. Aku pernah membaca sebuah pernyataan antara Allah SWT dengan manusia seperti ini :

I say        : Its impossible
Allah says: All is possible

I say      : I'm too tired
Allah says: I'll give you rest

I say: I can't do it
Allah says: You can do everything



I say: I'm unable
Allah says: you are able for everything

I say: I can't forgive myself
Allah says: I forgive you.

I say: I feel alone
Allah says: I'll never leave you alone

I say: nobody loves me
Allah says: I love you.

Trust Allah,
Everything Will Be Done
           
Aku meminta ibu untuk membacanya, dan Alhamdulillah Ibu mengerti apa yang aku inginkan. Subhanallah! Ya Allah! Ya Rabbku! Semoga engkau memberi hidayah kepada Ibuku karena hanya engkaulah yang mempunyai hidayah dan mudah bagimu hidayah itu. Semoga ibu tidak terlalu memikirkan hal-hal yang berbau duniawi saja ya Rabb! Seperti isi dari surah Al’Ala ayat 16-17 yang berarti :
           
“Tetapi engkau memilih kehidupan duniawi, sedangkan kehidupan akhirat adalah yang lebih baik dan lebih kekal.”

Dan Rasulallah SAW bersabda : “Bila engkau ingin dicintai Allah, takutlah kepada-Nya dan bertakwalah. Bila engkau ingin dicintai para makhluk, berbuat baiklah kepada mereka dan jangan berharap sesuatu dari yang mereka miliki. Bila engkau ingin diperkaya dalam harta, maka zakatilah harta bendamu. Bila engkau ingin disihatkan badanmu, maka perbanyaklah sedekahmu. Bila engkau ingin diperpanjang umurmu, maka bersilaturrahimlah kepada kaum kerabatmu. Bila engkau ingin dikumpulkan bersamaku di padang mahsyar, maka perpanjanglah sujudmu kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa.”

            Semoga Allah memberikan Ibu hidayah.. Aamiin ya robbal’alamin.. Wahai Ibuku! Yang aku cintai di dunia ini sesudah cintaku kepada Rabbku dan Rasulku.. engkau adalah wanita yang mulia. Derajatmu 3 tingkat dibanding seorang ayah.. ananda mohon, jemputlah hidayah Allah bu! Insyaallah ibu akan lebih baik dari sebelum-sebelumnya.. karena jika kita taat kepada Allah, masalah duniawi tidak akan tertinggal atau terabaikan.

            Berdzikir atau mengingat Rabbku di setiap langkahku agar mendapat cinta dan keredhaan-Nya dan juga mendapat pertolongan-Nya. Seperti hadits yang pernah aku baca, riwayat Bukhori-Muslim seperti ini :

Berkata Abu Hurairah R.a : bahwa Nabi saw telah bersabda:”Ada tujuh kelompok yang akan mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya.Mereka adalah pemimpin yang adil, anak muda yang senantiasa beribadah kepada Allah Azza wa Jalla,seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan mesjid,dua orang yang saling mencintai karena Allah,yakni keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah,seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan lalu ia menjawab: “Sungguh aku takut kepada Allah”,seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-sembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya,dan seseorang yang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian ia mencucurkan air mata.”

Aku juga ingin sekali mengamalkan hadits ini. Subhanallah! Luar biasa! Susahnya mengamalkan isi hadits ini, tetapi demi Rabbku aku laksanakan. Alhamdulillah aku bisa mengamalkannya. Terima kasih ya Rabb! Atas bimbingan-Mu hamba bisa mengamalkan hadits ini.

Ketika aku sudah mulai tahu dan mengamalkan ajaran-ajaran Allah SWT. Akhirnya ibu mengerti dan akhirnya mengizinkan aku untuk terus berjuang di jalan-Nya. Alhamdulillah, terima kasih ya Rabb! Berkat hidayah-Mu Ibu mengerti apa yang aku inginkan. Sebelum ibu mengerti apa maksudku itu Ibuku marah-marah dulu karena memang keluargaku bukanlah keluarga yang Islami, tetapi Alhamdulillah beragama Islam. Terima kasih ya Rabb, atas kuasa-Mu hamba mendapat hidayah dan ibuku juga mendapatkannya. Karena, “...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (QS. Ar-Rad : 11)