Dunia jurnalistik memang dunia baru bagi kami. Tapi tahukah
anda bahwa sekarang kami telah berhasil mengguncang seluruh warga SMAN 1
Kadugede dengan eksistensi kami dalam berkontribusi lewat jari-jari kami yang
menari diatas kertas lewat ukiran pena dalam untaian kata yang kami bungkus
dalam bentuk berita sekolah?
Ya,
kami sangat senang ketika kami menggoreskan tinta pena pada secarik kertas.
“ada sensasi tersendiri” ya begitulah kata salah satu kawan kami, Runita
Triani. Ia sering mengatakannya pada kami. Entahlah, namun sepertinya itulah
salah satu penyemangat kami sebagai pemberi warta tanpa komersialisasi. Menjadi
seorang wartawan/wartawati di sekolah memang begitu luar biasa. Kami dapat
mengekspresikan hobi kami dalam bidang tulis menulis.
Saat manis, pahit getir pun pernah kami rasakan
ketika kami memburu berita mengenai apapun yang ada di sekolah. Terhitung lima
bulan lamanya sejak oktober 2013 kami membentuk lembaga jurnalistik yang
bersifat independen. Awalnya, memang hanya insiatif kami untuk mengisi website
resmi sekolah namun dengan motivasi dari guru kami yaitu Bapak Muhammad Taufiq
Munawar yang akrab disapa Pak Opik, jadilah kami dengan nama SAKALIST (Smansaka
Journalist).
Dengan
sebuah ID card atau tanda pengenal sebagai modal awal kami pun mencari berita
dengan penuh semangat. Dalam satu minggu
kami dapat mempublikasikan berita di website kurang lebih dua sampai
tiga berita. Karena sekolah kami mempunyai kegiatan yang segudang dan beragam
maka berita yang kami sajikan di website pun beragam.
Kegiatan-kegiatan
di sekolah menjadi ladang pekerjaan bagi kami. Karena adanya kegiatan lah kami
dapat menyajikan berita. Dari awal oktober kami memburu berita dengan inisiatif
kami sendiri. Motivasi yang diberikan oleh Pak Opik memang salah satu faktor
pendorong terbesar setelah hobi kita dalam tulis menulis. Saat itu pihak
sekolah tidak mengetahui mengenai keaktifan kami dalam mengelola website
sekolah. Jadi, semua kebutuhan kami untuk mengolah berita itu didapat dari
modal masing-masing anggota.
Semua
kebutuhan kami dalam mencari berita seperti kamera, laptop, fasilitas layanan
internet dan lainnya berasal dari masing-masing anggota. Semua anggota SAKALIST
merasa senang meski semua kebutuhan kami yang tanggung. Kami rela menyisihkan
fasilitas kami dari orang tua untuk sekolah. Kami sebagai sekelompok warga
sekolah terlebih kami adalah siswa siswi SMAN 1 Kadugede merasa perlu
berkontribusi kepada sekolah sebagai wujud kecintaan dan kebanggaan kami
terhadap sekolah kami, SMAN 1 Kadugede.
Kami
merasa bahwa kami harus memberi sesuatu pada sekolah. Kami ingin nama sekolah
kami terangkat di masyarakat. Lewat jurnalistik lah kami dapat mengangkat nama
sekolah. Kami merasa senang ketika kami dihadapkan dalam bidang jurnalistik karena
secara basicly kami mempunyai hobi
menulis yang merupakan modal utama dalam bidang jurnalistik.
Meski
kualitas tulisan kami belum sehebat tulisan-tulisan penulis terkenal yang mampu
menjual tulisannya dalam bentuk buku yang di cetak sampai beribu-ribu
eksemplar, ataupun tulisan para wartawan senior yang sudah merambah dalam
jangkauan nasional maupun internasional. Tapi kami yakin dengan mimpi kami,
dengan langkah awal kami di SAKALIST kami mampu meraih mimpi.
Proses
pembelajaran itu bertahap, semua mempunyai
fase dan fase kami sekarang yaitu belajar. Meski menulis sudah menjadi
hobi kami, otomatis kami berusaha semaksimal mungkin untuk menulis
sebaik-baiknya. Yang jelas kami mengandalkan spirit atau semangat kami untuk menulis dan pasti dengan sendirinya
proses belajar itu akan terlewati dan kami dapat meningkatkan kualitas tulisan
kami.
Lambat
laun pihak sekolah pun mengetahui keaktifan kami dalam mengelola website
sekolah. Disinilah puncak kesibukan kami. Kegiatan sekolah lebih sering terselenggara.
Jadilah kesibukan kami bak wartawan/wartawati asli. Awalnya, memang kami cukup
kewalahan mengelola semua itu. Bayangkan! Kami yang hanya beranggotakan delapan
orang harus mengikuti semua kegiatan sekolah yang kebanyakan terselenggara
dalam satu waktu. Belum lagi jika ada beberapa anggota kami yang berhalangan
dan tak bisa mendokumentasikan kegiatan.
Akhirnya,
kami membagi pekerjaan dengan pertimbangan yang sesuai dengan kemampuan setiap
anggota. Dalam delapan orang tersebut memiliki kamampuan yang berbeda-beda. Ada
yang sangat bagus dalam bagian tulisan, foto maupun wawancara. Kami membagi
diri kami sendiri menjadi empat tim dan satu tim nya itu terdiri dari dua
orang. Setelah dibagi menjadi empat tim, kami dapat meminimalisir kesibukan.
Semua anggota mendapat pekerjaan masing-masing.
Perjalanan kami mengelola website ternyata mendapat
perhatian dari beberapa media online. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi
kami karena ternyata tulisan kami mendapat perhatian dari media yang dikelola
langsung oleh wartawan/wartawati asli. Berita kegiatan sekolah yang kami
publikasikan di website dirilis langsung
ke media online dan biasanya berita yang dirilis adalah berita kegiatan siswa
SMAN 1 Kadugede yang berhubungan langsung dengan lembaga lain diluar sekolah.
Kebanyakan dari media online yang merilis berita kami
menyebutkan bahwa sekolah kami dapat dikatakan sebagai pionir dalam bidang
jurnalistik siswa karena website sekolah kami paling up to date dalam mempublikasikan berita dan mendokumentasikan
kegiatan siswa.
Dari sekian banyak waktu yang kami habiskan bersama
jurnalistik, kami banyak pula mengambil pelajaran untuk kami sendiri. Kesadaran
akan kemampuan diri sendiri, kesadaan untuk bekerja dengan sistem team work, kesadaran untuk bekerja berlandaskan
kekeluargaan dan kebersamaan dan masih banyak lagi pelajaran-pelajaran yang
kami dapatkan selama kami berada di bawah naungan satu lembaga yang telah
memberi kami tempat untuk berekspresi.
Kami berharap Sakalist dapat tetap eksis dan kami juga
berharap adik-adik kelas kami dapat mengembangkan sakalist. Dan yang terpenting
ialah sekolah kami, SMAN 1 Kadugede dapat berkibar namanya di hati masyarakat
dengan segala sisi positifnya. Kami bangga menjadi siswa/siswi SMAN 1 Kadugede
dan kami senang dapat berkontribusi langsung kepada sekolah dengan segala yang
kami punya. (Fio)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar