Jumat, 04 Juli 2014

Kami dan Jurnalistik


Dunia jurnalistik memang dunia baru bagi kami. Tapi tahukah anda bahwa sekarang kami telah berhasil mengguncang seluruh warga SMAN 1 Kadugede dengan eksistensi kami dalam berkontribusi lewat jari-jari kami yang menari diatas kertas lewat ukiran pena dalam untaian kata yang kami bungkus dalam bentuk berita sekolah?

                Ya, kami sangat senang ketika kami menggoreskan tinta pena pada secarik kertas. “ada sensasi tersendiri” ya begitulah kata salah satu kawan kami, Runita Triani. Ia sering mengatakannya pada kami. Entahlah, namun sepertinya itulah salah satu penyemangat kami sebagai pemberi warta tanpa komersialisasi. Menjadi seorang wartawan/wartawati di sekolah memang begitu luar biasa. Kami dapat mengekspresikan hobi kami dalam bidang tulis menulis.

                Saat  manis, pahit getir pun pernah kami rasakan ketika kami memburu berita mengenai apapun yang ada di sekolah. Terhitung lima bulan lamanya sejak oktober 2013 kami membentuk lembaga jurnalistik yang bersifat independen. Awalnya, memang hanya insiatif kami untuk mengisi website resmi sekolah namun dengan motivasi dari guru kami yaitu Bapak Muhammad Taufiq Munawar yang akrab disapa Pak Opik,  jadilah kami dengan nama SAKALIST (Smansaka Journalist).

                Dengan sebuah ID card atau tanda pengenal sebagai modal awal kami pun mencari berita dengan penuh semangat. Dalam satu minggu  kami dapat mempublikasikan berita di website kurang lebih dua sampai tiga berita. Karena sekolah kami mempunyai kegiatan yang segudang dan beragam maka berita yang kami sajikan di website pun beragam.

                Kegiatan-kegiatan di sekolah menjadi ladang pekerjaan bagi kami. Karena adanya kegiatan lah kami dapat menyajikan berita. Dari awal oktober kami memburu berita dengan inisiatif kami sendiri. Motivasi yang diberikan oleh Pak Opik memang salah satu faktor pendorong terbesar setelah hobi kita dalam tulis menulis. Saat itu pihak sekolah tidak mengetahui mengenai keaktifan kami dalam mengelola website sekolah. Jadi, semua kebutuhan kami untuk mengolah berita itu didapat dari modal masing-masing anggota.

                Semua kebutuhan kami dalam mencari berita seperti kamera, laptop, fasilitas layanan internet dan lainnya berasal dari masing-masing anggota. Semua anggota SAKALIST merasa senang meski semua kebutuhan kami yang tanggung. Kami rela menyisihkan fasilitas kami dari orang tua untuk sekolah. Kami sebagai sekelompok warga sekolah terlebih kami adalah siswa siswi SMAN 1 Kadugede merasa perlu berkontribusi kepada sekolah sebagai wujud kecintaan dan kebanggaan kami terhadap sekolah kami, SMAN 1 Kadugede.

                Kami merasa bahwa kami harus memberi sesuatu pada sekolah. Kami ingin nama sekolah kami terangkat di masyarakat. Lewat jurnalistik lah kami dapat mengangkat nama sekolah. Kami merasa senang ketika kami dihadapkan dalam bidang jurnalistik karena secara basicly kami mempunyai hobi menulis yang merupakan modal utama dalam bidang jurnalistik.

                Meski kualitas tulisan kami belum sehebat tulisan-tulisan penulis terkenal yang mampu menjual tulisannya dalam bentuk buku yang di cetak sampai beribu-ribu eksemplar, ataupun tulisan para wartawan senior yang sudah merambah dalam jangkauan nasional maupun internasional. Tapi kami yakin dengan mimpi kami, dengan langkah awal kami di SAKALIST kami mampu meraih mimpi.

                Proses pembelajaran itu bertahap, semua mempunyai  fase dan fase kami sekarang yaitu belajar. Meski menulis sudah menjadi hobi kami, otomatis kami berusaha semaksimal mungkin untuk menulis sebaik-baiknya. Yang jelas kami mengandalkan spirit atau semangat kami untuk menulis dan pasti dengan sendirinya proses belajar itu akan terlewati dan kami dapat meningkatkan kualitas tulisan kami.

                Lambat laun pihak sekolah pun mengetahui keaktifan kami dalam mengelola website sekolah. Disinilah puncak kesibukan kami. Kegiatan sekolah lebih sering terselenggara. Jadilah kesibukan kami bak wartawan/wartawati asli. Awalnya, memang kami cukup kewalahan mengelola semua itu. Bayangkan! Kami yang hanya beranggotakan delapan orang harus mengikuti semua kegiatan sekolah yang kebanyakan terselenggara dalam satu waktu. Belum lagi jika ada beberapa anggota kami yang berhalangan dan tak bisa mendokumentasikan kegiatan.

                Akhirnya, kami membagi pekerjaan dengan pertimbangan yang sesuai dengan kemampuan setiap anggota. Dalam delapan orang tersebut memiliki kamampuan yang berbeda-beda. Ada yang sangat bagus dalam bagian tulisan, foto maupun wawancara. Kami membagi diri kami sendiri menjadi empat tim dan satu tim nya itu terdiri dari dua orang. Setelah dibagi menjadi empat tim, kami dapat meminimalisir kesibukan. Semua anggota mendapat pekerjaan masing-masing.

                Perjalanan kami mengelola website ternyata mendapat perhatian dari beberapa media online. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami karena ternyata tulisan kami mendapat perhatian dari media yang dikelola langsung oleh wartawan/wartawati asli. Berita kegiatan sekolah yang kami publikasikan di website  dirilis langsung ke media online dan biasanya berita yang dirilis adalah berita kegiatan siswa SMAN 1 Kadugede yang berhubungan langsung dengan lembaga lain diluar sekolah.

                Kebanyakan dari media online yang merilis berita kami menyebutkan bahwa sekolah kami dapat dikatakan sebagai pionir dalam bidang jurnalistik siswa karena website sekolah kami paling up to date dalam mempublikasikan berita dan mendokumentasikan kegiatan siswa.

                Dari sekian banyak waktu yang kami habiskan bersama jurnalistik, kami banyak pula mengambil pelajaran untuk kami sendiri. Kesadaran akan kemampuan diri sendiri, kesadaan untuk bekerja dengan sistem team work, kesadaran untuk bekerja berlandaskan kekeluargaan dan kebersamaan dan masih banyak lagi pelajaran-pelajaran yang kami dapatkan selama kami berada di bawah naungan satu lembaga yang telah memberi kami tempat untuk berekspresi.


                Kami berharap Sakalist dapat tetap eksis dan kami juga berharap adik-adik kelas kami dapat mengembangkan sakalist. Dan yang terpenting ialah sekolah kami, SMAN 1 Kadugede dapat berkibar namanya di hati masyarakat dengan segala sisi positifnya. Kami bangga menjadi siswa/siswi SMAN 1 Kadugede dan kami senang dapat berkontribusi langsung kepada sekolah dengan segala yang kami punya. (Fio)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar