Jumat, 04 Juli 2014

Tentang Apa Kata Orang


Kuliah, memang menjadi satu kewajiban yang seharusnya diemban dan dapat dinikmati oleh semua anak negeri bangsa ini. Dengan pendidikan yang lebih tinggi, diharapkan generasi penerus bangsa dapat melanjutkan pembangunan Bangsa Indonesia dengan lebih baik lagi. Budaya untuk menuntut ilmu haruslah ada, ketika semua anak di negeri ini memiliki semangat menuntut ilmu yang baik maka budaya menuntut ilmu pun pasti akan terbentuk dengan sendirinya. Sayangnya, budaya menuntut ilmu dewasa ini belum terbentuk secara merata. Hanya sebagian masyarakat yang mempunyai mindset atau pola pikir bahwa pendidikan itu penting, kebanyakan dari mereka datang dari kalangan masyarakat golongan menengah keatas.
            Menuntut ilmu sangatlah penting, ini bukan sekedar untuk mencari nilai yang tertera pada secarik kertas berlabel resmi bank negara yang banyak diburu orang. Menuntut ilmu pada hakikatnya ialah satu proses dimana seorang individu berkembang secara intelektual untuk dapat menerapkan kecerdasannya itu dikehidupan nyata agar dapat bermanfaat bagi orang lain. Dalam arti lain, menuntut ilmu itu ialah satu perjuangan untuk dapat bermanfaat bagi orang lain. Telah banyak teori-teori kehidupan yang mengajarkan untuk bermanfaat atau berguna bagi orang lain, entah itu berasal dari ilmu agama, ilmu sosial maupun ilmu hukum atau norma yang berlaku di masyarakat.
            Hal tersebut juga diajarkan di lingkungan keluarga saya, dapat bermanfaat bagi orang lain. Satu kalimat simple yang kadang sulit diaplikasikan di kehidupan nyata. Meski hal tersebut menjadi satu pelajaran wajib di keluarga saya, namun terkadang memang sulit untuk menjalankannya. Salah satu jalan untuk sampai ke tujuan agar dapat bermanfaat bagi orang lain ialah melalui jalan pendidikan. Setiap orang tua dalam keluarga saya mewajibkan anaknya untuk mengeyam pendidikan yang lebih tinggi lagi ke jenjang perguruan tinggi. Ada juga sebagian anak yang menolak untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang tersebut. Alasannya beragam, tetapi kebanyakan dari mereka mempunyai pola pikir bahwa tanpa kuliah pun pasti kehidupan mereka tetap bisa berjalan dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain di bidang atau keterampilan yang telah mereka punyai.
            Namun, arti kuliah bagi orang tua mereka sebenarnya bukan hanya itu saja. Banyak sekali alasan mengapa orang tua menginginkan anaknya kuliah, salah satunya karena kebanggaan mereka, hasrat mereka untuk dapat melihat anaknya menjadi satu pribadi berilmu yang luar biasa dan dapat bermanfaat bagi orang lain. Itulah satu titik kebahagiaan orang tua atas anaknya. Saya bersyukur dapat dilahirkan ditengah orang-orang yang mengerti apa itu arti ilmu yang sebenarnya  dan bagaimana cara untuk membuat ilmu bermanfaat untuk kita dan orang lain di sekitar kita dan juga bagaimana cara untuk kita dapat bermanfaat untuk ilmu. Jika kita menuai manfaat dari ilmu itu merupakan satu hal yang lazim, namun jika ilmu yang memanen manfaat dari kita? Apakah kita bisa untuk dapat bermanfaat bagi ilmu? Maksud dari kita dapat bermanfaat bagi ilmu itu ialah kita dapat melestarikan ilmu tersebut dengan sebaik mungkin sehingga ilmu pun dapat bermanfaat kembali untuk kita.
            Tak jarang kewajiban menuntut ilmu atau kuliah di keluarga saya menjadi satu buah bibir tersendiri, seperti halnya paman dan bibi saya yang sibuk mencari informasi mengenai perguruan tinggi untuk buah hati mereka yang baru saja lulus SMA. Kebanyakan dari mereka pasti memilih perguruan tinggi yang terbaik, prodi yang sesuai dengan passion dari anak mereka sendiri dan masih banyak hal-hal lain yang mereka perjuangkan. Sama halnya dengan anak-anak mereka yang akan mengeyam pendidikan. Mereka juga sering berbagi cerita satu sama lain dengan saudara lain yang sama akan menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
            Mereka begitu ambisius untuk dapat mencapai tujuan yang mereka punya, untuk dapat menggapai bintang yang sudah mereka gantung dilangit ke tujuh. Terkadang, ketika mereka saling berbagi cerita mereka juga men-judge saudara yang lain. Mereka sering menanyakan bagaimana persiapannya? Perguruan tinggi mana yang dituju? Prodi apa yang hendak dipilih? Dan masih banyak hal lainnya. Seperti halnya saya sekarang, meski saya baru duduk di bangku SMA kelas XI namun persiapan untuk kuliah sudah gencar dilakukan oleh kedua orang tua saya. Mereka sering menanyakan, akan kemanakah saya nanti? Orang tua saya tak memaksa saya untuk masuk ke perguruan tinggi yang mereka mau, mereka menyerahkan hal tersebut kepada saya.
            Saya bersyukur mendapat orang tua seperti mereka karena mereka tidak membatasi saya untuk dapat mengikuti apa yang mereka mau. Saya mempunyai harapan untuk menjadi seorang mahasiswa UGM, universitas terbaik di hati saya. UGM juga merupakan universitas nomor satu di Indonesia (versi webometrics.info) dan UGM juga mendapat peringkat ke 381 tingkat Dunia. Saya sadar, daya saing untuk dapat memperebutkan satu kursi di UGM memerlukan usaha dan do’a yang maksimal, untuk itu sekarang saya sedang berusaha melakukan yang saya bisa dengan apa yang saya punya juga berdo’a kepada Tuhan yang kelak pasti akan menolong saya.
            UGM merupakan universitas kerakyatan, sepertihalnya jaster yang konon tak pernah ada pembaharuan dari pihak kampus karena jaster tersebut merupakan satu simbol kerakyatan (karena jaster UGM terbuat dari bahan paling murah). Selain itu, UGM resmi berdiri pada 19 Desember 1949 atau empat tahun setelah kemerdekaan RI. Diresmikan oleh Ir. Soekarno sebagai cara untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia mampu bangkit meskipun sudah diserang Belanda pada 19 Desember 1948, ini membuktikan bahwa UGM telah menjadi satu saksi jasa perjuangan untuk bangkit. Inilah hal yang membuat saya tertarik untuk ikut berjuang guna melanjutkan kebangkitan nasional Bangsa Indonesia.

            Impian saya ternyata menjadi satu perhatian tersendiri bagi sebagian saudara saya, karena mereka men-judge bahwa saya tidak akan mampu masuk ke universitas impian saya tersebut karena segala keterbatasan yang ada pada diri saya. Saya cukup drop ketika mendengar penilaian mereka mengenai mimpi saya. Entah siapa yang memberi informasi tentang universitas impian saya itu namun yang jelas mereka berpikir bahwasannya saya tidak pantas meraih mimpi saya. Tapi setelah saya pikirkan lagi ternyata omongan itu salah besar. Karena Tuhan saja mengizinkan siapapun untuk bermimpi, bahkan memberikan apa yang dibutuhkan guna mewujudkan mimpi hambanya, mengapa saya harus drop mendengar celotehan “penggemar” diluar sana? Dari situlah saya menemukan kembali energy saya yang sempat hilang untuk dapat bangkit dan tak gentar kembali mewujudkan cita-cita saya dan dapat mengabdi pada Negeri Indonesia. Saya berharap dengan usaha saya yang tak gentar ini saya dapat melaksanakan perintah orangtua saya untuk dapat bermanfaat bagi orang lain juga menjadi pemuda Indonesia yang berbakti pada Negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar